• Abhiseka Raja Majapahit abad-21 dalam acara penyatuan Jawa-Bali simbol Nusantara
  • Mahkota Majapahit dikembalikan Dunia, Way Cing Lee mewakili leluhur Predana Majapahit menyematkan pada Sang Nata yang berhak, peristiwa abad-21 di Keraton Ibu Majapahit Brahmaraja XI
  • Mengurusi Keluarga Besar Majapahit Nusantara dan ketua-9 atas Amanat dari sesepuh
  • Mahkota Brahma disematkan oleh peladen bangsa dari Istana Mangkunegaran untuk terus menciptakan perubahan jaman sesuai ramalan leluhur
  • Hubungan dengan Pura Mangkunegaran terjalin baik bahkan menerima pucuk tumpeng Istimewa dari KGPAA Mangkunegaran IX disaksikan seluruh kawula dan FKSN
  • Tanpa surat sedawir disaksikan semuanya di Trowulan, inilah kebangkitan Majapahit sesuai Ramalan dalam hal melaksanakan PANCASILA dan menjunjung keberagaman
  • Pusat Informasi Majapahit masa kini Jimbaran yang bisa dilihat nyata karyanya bukan dongeng
English Japanese Chinese Simplified Russian Arabic German Italian Dutch

Sunday, April 12, 2009

PROFIL HYANG SURYO WILATIKTA

Hyang Suryo Wilatikta " Sri Wilatikta Brahmaraja XI" ABHISEKA RAJA MAJAPAHIT
Hyang Suryo Wilatikta ” Sri Wilatikta Brahmaraja XI” ABHISEKA RAJA MAJAPAHIT
Menyambut Tamu dengan budaya Majapahit
Menyambut Tamu dengan budaya Majapahit

HYANG SURYO WILATIKTA

lahir di Blitar, Tokoh ini Putra dari Suryo Blitar.

Jika di runut silsilahnya ke atas masih TRAH SRI WILATIKTA BRAHMARAJA I dan DARA JINGGA. Berbagai penghargaan telah di raih, salah satunya mendapat gelar ” SRI WILATIKTA BRAHMARAJA XI ” (kutipan Laporan utama Posmo 11 April 2007 edisi 414 hal 25 oleh Husnu Mufid, wartawan senior)

Sejak kecil Hyang Suryo oleh Ayahnya di didik agama dan pengetahuan tentang sejarah Majapahit, tujuannya agar berbakti kepada leluhurnya dan tetap melestarikan budaya Majapahit, sebab budaya tersebut merupakan budaya yang adiluhung yang di miliki oleh bangsa Indonesia sa`at ini.

Menginjak usia remaja, Hyang Suryo belajar Ilmu Kepanditaan / Brahmana kepada seorang Pandito. Bersamaan itu pula sering mengikuti upacara Mojopahit seperti Otonan, Odalan, Diwinten baik berskala kecil maupun berskala besar yang di gelar di Bali.

Pada tahun 1963, Hyang Suryo mendapat kehormatan mengikuti upacara Eka Dasa Ludra yang di adakan 100 tahun sekali di Pura Besakih Bali. Setahun kemudian di percaya menghadiri Upacara Metatah oleh Bathari Agung Sagung Ayu Parameswari Puri Dangin di Bali.

“Saya benar-benar tersanjung mendapat kehormatan untuk mengikuti Upacara Eka Dasa Ludra yang di adakan 100 tahun sekali, karena tidak semua orang bisa mengikuti upacara tersebut,” ujar Hyang Suryo Wilatikta.

PRASASTI GANESHA

Bukan faham India, Justru di Nusantara simbol "Ganesha" lahir

Menginjak Dewasa Hyang Surya melakukan Dharma Bakti kepada leluhurnya dengan menetap di Puri Surya Majapahit Trowulan, Mojokerto. Dharma Baktinya itu semakin di kenal masyarakat luas, karena di lakukan sungguh-sungguh baik untuk masyarakat Mojokerto maupun Jawa khususnya dan Dunia Intenasional pada umumnya.

Pengabdiannya dalam melestarikan dan melaksanakan tata cara Majapahit secara murni serta konsekuen menghantarkan Hyang Suryo memperoleh Bintang DHARMA BAKTI BUDAYA pada Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2001 di Surakarta. Beberapa bulan kemudian mendapat pengakuan Dunia sebagai Raja Majapahit dengan gelar ABHISEKA SRI WILATIKTA BRAHMARAJA XI .

Juga mendapat HAK memakai gelar Brahmaraja XI dan generasi Majapahit dengan SK Keluarga Besar Majapahit Jogjakarta yang di Ketuai oleh Prof. DR. RM. Wisnu Wardana Surya Diningrat pada 15 Maret 2002.

Pada pertengahan tahun 2002, Hyang Suryo lebih banyak menetap di Puri Majapahit Jimbaran-Bali. Berbagai kegiatan di lakukan baik spiritual maupun keagamaan. Sejumlah Pura di dirikan. Di Pulau Dewata itulah kiprah nyatanya semakin banyak di ketahui masyarakat dan dunia Internasional. Hal ini membuat delegasi Hindu Sangham Internasional mengunjunginya untuk bertemu sekaligus berbincang-bincang masalah budaya Majapahit. Puncaknya pada tanggal 12 Februari 2006 bersama Sukmawati Soekarno Putri meresmikan dan menanda tangani patung Ganesha TERTINGGI dan TERBESAR di Asia Tenggara di halaman Hotel Melka Lovina Singaraja Bali, pada tanggal 5 Desember 2006 mendapatkan penghargaan Hindu Muda Award 2006 dari pimpinan pusat forum intelektual Muda Hindu Dharma jalan Ken Arok Denpasar Bali.


9 comments:

Kenyataan Kini said...

Anonim yang budiman...

Trah Majapahit dari Wilwatikta adalah Prabu Brawijaya dan Trah Wilatikta adalah yang lebih di kenal Prabu Jaya Sabha (Joko Sobo)...keturunannya semua hampir di Bali karena tidak mau masuk Islam

tapi sejarah ini diberangus oleh ORBA supaya anti Majapahit yang dicetuskan Bung Karno.

Dan Si Wilatikta Brahmaraja I adalah juga lebih dikenal Raden Wijaya...beristrika Ratu Dara Jingga DARI CINA...bermata ayu seperti Dewi

setelah beberapa masa keturunannya juga berhak memakai gelar Wilatikta dan masa Ratu Majapahit ketiga Ratu Tri Buana Tungga Dewi (juga cantik dan berwajah Indo CINA ADA SPIT-SIPITNYA) bersuamikan Panglima perang bergelar Awadya Brahma juga Sri Wilatikta BRAHMARAJA III...

Sejak Islam Demak merongrong Keraton..Wilwatikta masuk ISLAM..dan penguasa Islam anti dengan Cina...karena sudah ikut Arab...

Hingga masa ORBA tulisan Cinapun dilarang hingga sekarang...padahal Muhammad saja berkata Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina...tapi ini bangsa anti Cina makanya kita tak tahu sejarahnya bangsa ini karena sejarah Majapahit banyak ditulis dalam Bahasa Cina dan Aksara Jawa Sansekerta

DAN SAMPAI DETIK INI CINA membantu perekonomian tingkat bawah dengan barang murah...biarpun ada Pro dan Kontra..tapi kena Arab ONH malah naik...

Hingga Prabu Brawijaya (WILWATIKTA) dipaksa meluk Islam dan terjadilah kutukan leluhur Hyang Sabda Palon....bisa dikroscek di PURA IBU MAJAPAHIT JIMBARAN BALI...dan trah Wilatikta mengungsi ke Bali dan tidak mau masuk Islam hingga Belanda 1906 masuk ke Bali...makanya Bali adalah Majapahit bukan dari India...gen dan DNA nya lain...ini bukan tendensius tapi kasunyatan kebenaran...mengenai keyakinan dan agama atau tuahn itu satu silahkan...

Tapi keturunan Mjapahit melalui perantara leluhur baru bisa ke Tuhan..Upacara leluhur seprti ngenteg linggih..Odalan dan lain-lain adalah adat dan budaya leluhur Majapahit biarpun diberi label Hindu pada tahun 1961...dikotakan ke India supaya mudah ditumpas oleh Arab atas nama Islam katanya tapi...

Upacara dibali memakai uang Cina / pis bolong...

Ini sedikit penjelasan untuk Anda dan langsung saja kroscek dengan leluhur Anda tantang kasunyatannya...untuk itu mari kita belajar sejarah dengan bukti dan ilmiah dan jangan lupakan sejarah...seperti masa ORBA karena memang mau di arabisasi dan terbukti sekarang wong jowo sudah jadi arab jahilliyah semua lakukan kekerasan pada sesamanya bukan Islami dan sok kearab-araban...jadilah wong jowo tenan yo, ngerti atau pelak !!!

Kenyataan Kini said...

TRAH BRAWIJAYA DAN BRAHMARAJA adalah saudara satunya berkedudukan di Trowulan dan satunya di Kadiri atau Doho...hanya masalah Islam menyerang Trowulan itu sebenarnya kecil cuma dibesarkan...seperti peristiwa PKI madiun jadi nasional yang tidak masuk Islam dan ke mesjid di Gorok serta ditumpas...Anda punya kesaksian lain..???

Anonymous said...

Tanggapan Trah majapahit gak nyambung dengan pertanyaan nya, mestinya dijelaskan urut2 tanya sampai ke atas nyambung gak dengan trah majapahit. Sebagaimana Terjemahan paraton bagian 6 sbb: Kira kira sepuluh hari kemudian, mereka yang pergi berperang, datang dari Malayu, mendapat dua orang puteri, yang seorang dikawin oleh Raden Wijaya, yalah yang bernama Raden Dara Pethak, adapun yang tua bernama Dara Jingga, kawin dengan seorang Dewa, melahirkan seorang anak laki laki menjadi raja di Malayu, bernama Tuhan Janaka, nama nobatannya: Sri Warmadewa.
Sedangkan Trah Majapahit menjawab bahwa Si Wilatikta Brahmaraja I adalah juga lebih dikenal Raden Wijaya...beristrika Ratu Dara Jingga DARI CINA...bermata ayu seperti Dewi,,,,, ini sumbernya dari mana. kalau menurut pararaton Raden Wijaya kawin dengan Dara Pethak, sedangkan dara Jingga dikawin oleh seorang bangsawan Singasari yg bergelar DEWA yg selanjutnya raja2 raja2 melayu. Jelas kiranya kalau memang Hyang Suryo ngaku keturunan darah Jingga berarti tidak masuk trah majapahit, karena kalau ditarik ke atas nggak nyambung ke Raden Wijaya, tetapi nyambungnya ke Suami dara Jingga yg merupakan bangsawan Singasari utusan Kertanegara dalam ekspedisi PAMALAYU. Salam AREMA PENUNGGU CANDI JAGO

Anonymous said...

Kalau dijelaskan disini tidak akan cukup ... silahkan datang langsung untuk melihat kasunyatannya....baik di Puro Mangkunegaran atau langsung di Keraton/Puro Majapahit Jimbaran Bali juga di Trowulan....

Anonymous said...

Cukup aja kalau mau ini penting bagi pengagum sejarah masa silam, sekaligus untuk mengenang sejarah sebenarnya trah majapahit sampai sekarang masih ada gak. Sekali lagi ini penting bila perlu bikin urut-urutan GENEALOGI RAJA2 SINGASARI SAMPAI MAJAPAHIT TERUS SAMPAI SURYO BLITAR. Karena selama ini yang saya mengerti trah majapahit terakhir itu Raden Patah dst kebawah, Betoro katong sampai kebawah, Adipati kebokenongo pengging yang melahirkan Joko tingkir, Leluhur2 panembahan senopati raja2 mataram, dan Ariodamar yang menurunkan Bupati Terung atau Raden Kasan dll termasuk Aria Keceng bali. Sedangkan Bre Wirabumi, Suhita, bahkan girindrawardana belum pernah saya menemukan keturunannya. Kalau memang dibilang sejarahnya dimanipulasi dll, tolong yang benar ditampilkan gitu. TRIMS AREMA

Anonymous said...

Saya baca babad kadiri mulai dari Negara Prabu Erlangga (Kahuripan) yg dipecah menjadi 2 yang konon oleh Mpu Bharada, sehingga menjadi Jenggala dan daha/kadiri dengan batas gunung kawi, dimulai dari Sri Jayawarsa Digjaya Sastraprabhu dengan prasasti berangka tahun 1104,Jayabhaya (1130-1160),Sarwweswara (1160-1170), Tahun 1190-1200 diperintah Srngga, bergelar sri maharaja sri Sarwweswara Triwikramawataranindita Crnggalancana Digwijayottunggadewa, Raja terakhir yaitu Krtajaya (1200-1222). Saya tidak menemukan Prabu Jaya Sabha (Joko Sobo), hlo iki rojo endi jane, sing prasojo wae kalau perlu dijelaskan di sisni mungkin trah sempalan.

Anonymous said...

" Jongko Djoyoboyo : Perlambang Roda Cokro Panggilingan..(Surya Majapahit bermakna ALLAH, ADAM, MUHAMMAD, TAUHID, DZAT, SIFAT, ASMA, MAKRIFAT).., Memutarkan roda dunia kearah dan menuju Mardhotillah Sejati. Akan membentuk dan berwujud menjadi Wiku Suci dan Pendito sakti, Pemimpin umat manusia dalam menunaikan tugas sucinya sebagai persembahan suci/ dharmasiksa ke hadirat Allah SWT. Sehingga dengan karenanya, Ia menjadi contoh dan tauladan, memberi tuntunan dan pimpinan kepada masyarakat sekelilingnya.. Allahumma taqobbal minnaa, yaa arhamarraahimiin.. Amien..."

" Ojo Neko-neko, Ojo Leno , Ojo Nakal. Laku Utomo Nguntungke Wong Liyo "

Anonymous said...

Anonim...Cerito ilmu ning melu utawa teko ARab maneh...mang gak da yg aseli...masak dihubung-hubungkan karo arab rek...rek...dasar otak bangsa diprbudak terusss....

BOPO said...

mang napa ma arab?? ajaran islam bagus-loh,,,, walau arabnya bau onta.

Post a Comment

 
2010