• Abhiseka Raja Majapahit abad-21 dalam acara penyatuan Jawa-Bali simbol Nusantara
  • Mahkota Majapahit dikembalikan Dunia, Way Cing Lee mewakili leluhur Predana Majapahit menyematkan pada Sang Nata yang berhak, peristiwa abad-21 di Keraton Ibu Majapahit Brahmaraja XI
  • Mengurusi Keluarga Besar Majapahit Nusantara dan ketua-9 atas Amanat dari sesepuh
  • Mahkota Brahma disematkan oleh peladen bangsa dari Istana Mangkunegaran untuk terus menciptakan perubahan jaman sesuai ramalan leluhur
  • Hubungan dengan Pura Mangkunegaran terjalin baik bahkan menerima pucuk tumpeng Istimewa dari KGPAA Mangkunegaran IX disaksikan seluruh kawula dan FKSN
  • Tanpa surat sedawir disaksikan semuanya di Trowulan, inilah kebangkitan Majapahit sesuai Ramalan dalam hal melaksanakan PANCASILA dan menjunjung keberagaman
  • Pusat Informasi Majapahit masa kini Jimbaran yang bisa dilihat nyata karyanya bukan dongeng
English Japanese Chinese Simplified Russian Arabic German Italian Dutch

Thursday, April 2, 2009

SEDEKAH BUMI DI PIMPIN OLEH SRI WILATIKTA BRAHMARAJA XI

Berebut Air Suci Gajah Mada

RITUAL bersih desa di Desa Kuning, Kertosono Nganjuk Jawa Timur kemarin digelar kembali. ratusan warga memadatinya mereka ikut mengarak “sedekah bumi” yang terdiri dari berbagai jenis makanan dan hasil bumi. Yakni, dari rumah salah satu sesepuh warga menuju ketempat yang diyakini sebagai tempat petilasan Gajah Mada. Jaraknya sekitar 500 meter. Arak-arakan ini dimulai pukul 08.00 tampak pula Bupati Siti Nurhayati. Selain membawa hasil bumi juga mengarak Topeng Gajah Mada. Selanjutnya topeng Gajah Mada ini dicuci di lokasi dengan air yang telah di siapkan. “Ini wujud rasa syukur kami, semoga rezeki dan keselamatan selalu tercurah kepada semua warga disini”. Kata Kepala Desa Lambang Kuning Mulyono. Untuk di ketahui ritual tersebut di pimpin oleh Sri Wilatikta Brahmaraja XI Pemimpin Puri Surya Majapahit, Jimbaran-Bali. Dulunya beliau tinggal di Trowulan Mojokerto di karenakan adanya penutupan berdasarkan keputusan Menteri Agama dan Mendagri No. 01/BER/MDN/69 dan Perda Kab. Mojokerto No.16 th.83 untuk meniadakan kegiatan ritual atau keagamaan di tempat tersebut maka pindahlah beliau ke Bali memenuhi undangan dari masyarakat yang mencintai leluhurnya yang ada di Bali semua mengaku keturunan Majapahit. Sri Brahmaraja XI mengomando pencucian topeng Gajah Mada, sisa dari air pencucian tersebut kemudian menjadi rebutan warga. Mereka ada yang dipakai untuk membasuh muka dan ada pula yang meminumnya dengan keyakinannya sendiri.Setelah itu sebagian sesaji yang di bawa warga dimasukkan kedalam lubang tanah yang telah disiapkan kemudian ditimbun serta di beri dupa supaya di terima leluhur atau Dang Hyang Desa. “Semua untuk melestarikan tradisi yang telah turun temurun yang ada di desa ini” kata Mulyoko tentang maksud dari ritual tersebut. Setelah seluruh prosesi selesai, warga ramai-ramai duduk bersila. Mereka menghadap berkat (bungkusan nasi dan lauk pauk Red) yang dibawa dari rumah dan menyantapnya beramai-ramai, simbol kebersamaan . (Radar Kediri, 4 Agustus 2007)







1 comments:

Ngedan tapi ora Edan said...

Hyang Bathara Restui juga kami kawula alit...yang di gebuk atas nama agama yang dari arab... Ampuni kami Ya Alloh, kami tidak mau mati di padang pasir arab, enakan di negeri nusantara yang subur.....Ampuni kami Leluhur menganggap Engkau hantu, padahal masih banyak kawulanya Hyang Bathara yang masih nyekar ke kuburan hanya minta restu leluhur, tapi sama oknum islam munafik DI LARANG, MUSYRIK KATANYA. Bangsat...bangsat

Post a Comment

 
2010